Ku kirim tulisan lagi ke dunia Maya. Tak ada mereka satu pun berkomentar. Aku hanya perdulikan kualitas tulisan ku. Memang mereka dan siapa pun akan melihat siapa yang menulis. Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya menulis tentangnya, tentang ku, selebihnya mereka pembaca. Terlihat oleh mereka tulisan ku. Perdulinya di dunia nyata dan bertanya,"mengapa tak ada yang tak komentar?"
Teman ku memerhatikan. Untuk maksud bertanya atau bosan melihat kiriman surat ku. Aku tak bermasud agar dia membaca. Tak ada niat bagi ku untuk pertanyakan tentang tulisan. "Kamu galau ya?" Pertanyaannya menghabiskan waktu ku saja. Aku bertanya juga,"apa sudah membaca, bahwa aku sedang galau?" "Tidak!" Terlihat dirinya sangat begitu lucu sambil tertawa."Aku menulis tentang Filsafat Ilmu, mengapa dibilang galau?" "Sebab kiriman surat jam 1 malam." Buat status maksudnya. Aku hanya menulis, mempublikasikan, dan tidak ada.
Jam kantor ini belum juga habis. Teman ku dengan senang pergi dan aku lanjutkan tulisanku. Apakah aku galau? Aku lebih tahu tentang pengertian mereka. Lebih dari prakmatisme bekerja untuk uang, sesudah uang makan. Penyaluran orang seperti itu hanya makan banyak, hidup, lalu sebelum mati masuk rumah sakit. Aku berharap tidak seperti itu akhir mereka. Satu alasan mereka hidup dikarenakan makan, lalu apakah manusia berpikir tentang makan semata. Berpikir untuk berkarya melebihi dari harga diri, harga hidup, harga manusia, harga pasar.
Aku tak ada uang berikan kepada mereka, aku hanya dapat menulis tentang romantisme, tentang pelajaran perasaan hidup ku. Kadang tak beralasan untuk tidak menyukai seseorang, begitu juga menyukai seseorang. Aku tutupi baik atau buruknya, aku lebih suka berkarya untuk mereka. Terutama berkarya kepada diri ku sendiri. Mereka akan menilai apa saja, nilai itu relatif. Aku bisa berjalan sendiri tanpa ada yang penyambutan. Aku kuat menjalani semua. Menikmati kesendirian dan dengan cara begini aku dapat menulis, tentang ku, tentang mu, tentang kita.
Teman ku memerhatikan. Untuk maksud bertanya atau bosan melihat kiriman surat ku. Aku tak bermasud agar dia membaca. Tak ada niat bagi ku untuk pertanyakan tentang tulisan. "Kamu galau ya?" Pertanyaannya menghabiskan waktu ku saja. Aku bertanya juga,"apa sudah membaca, bahwa aku sedang galau?" "Tidak!" Terlihat dirinya sangat begitu lucu sambil tertawa."Aku menulis tentang Filsafat Ilmu, mengapa dibilang galau?" "Sebab kiriman surat jam 1 malam." Buat status maksudnya. Aku hanya menulis, mempublikasikan, dan tidak ada.
Jam kantor ini belum juga habis. Teman ku dengan senang pergi dan aku lanjutkan tulisanku. Apakah aku galau? Aku lebih tahu tentang pengertian mereka. Lebih dari prakmatisme bekerja untuk uang, sesudah uang makan. Penyaluran orang seperti itu hanya makan banyak, hidup, lalu sebelum mati masuk rumah sakit. Aku berharap tidak seperti itu akhir mereka. Satu alasan mereka hidup dikarenakan makan, lalu apakah manusia berpikir tentang makan semata. Berpikir untuk berkarya melebihi dari harga diri, harga hidup, harga manusia, harga pasar.
Aku tak ada uang berikan kepada mereka, aku hanya dapat menulis tentang romantisme, tentang pelajaran perasaan hidup ku. Kadang tak beralasan untuk tidak menyukai seseorang, begitu juga menyukai seseorang. Aku tutupi baik atau buruknya, aku lebih suka berkarya untuk mereka. Terutama berkarya kepada diri ku sendiri. Mereka akan menilai apa saja, nilai itu relatif. Aku bisa berjalan sendiri tanpa ada yang penyambutan. Aku kuat menjalani semua. Menikmati kesendirian dan dengan cara begini aku dapat menulis, tentang ku, tentang mu, tentang kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar