fb 24.02.2011
Lupa berkata. Aku tak sempat untuk mengatakannya. Sedikit waktu pertemuan semalaman. Bertulislah aku kini. Betapa kesan selalu meliputi. Berandai-andai ku dibawa. Berceritalah isi dada. Terang dengan bintang. Seakan hidupi mati hati. Taburi garam gigi. Genah merasa kembali. Masih ku sendiri menikmati. Anak panah senang melesat angkasa. Berilah aku hujan. Air lebat meredakan kerinduan. Aku ingin buang. Terlalu banyak kesan kosong hinggap. Akulah perasa itu..~!~..
"Ku tersenyum pada mimpi semalam." Maria Irsad
Aku hanya berucap senang. Setidaknya aku tidak larut rasa. Senangku terikat. Rinduku membulat. Perasaan bisa memuai. Besaran dapat jadi sangat. Melawan diri menjadi musuh. Siasatku lumpuh. Benar hati berlabu. Ketakutanku telah mulai. Rasa nanti ditinggalkan. Beribu rela ku suguhkan. Aku mohon kau mengerti. Perisai hati telah tembus. Satu panahan sikapmu mematikan.
"Pada suara angin hanya aku yang mengerti" Maria Irsad
Aku lihat mu. Tampak tapi jauh. Pengertian tiada pernah berakhir. Kebaikan selalu teruji. Janji berkawan sehidup semati. Terucap hanya ilusi. Kuat sempat sesaat. Sedih selalu hinggap. Tengah ku melepas. Tiada sedikit ku lakukan. Pertemuan hayalan esok. Lusa ku pasti mati.
"Bersama angin bersama awan. Ku genggam erat ilusi. Pada bintang, pada mimpi ku bercerita. Hanya mereka kawan sejati." Maria Irsad
Bumi ini ku hiraukan. Entah mengapa congkak muncul. Pendamlah aku di selokan. Di gerbang tua reyot. Sembunyikanlah aku. Matiku hanya mimpi. Kita hanyalah aku. Tertuju tak menemui. Berjalan tak terhenti. Berilah sedikit waktu. Sungguh saling menatap yang ku mau.
"Mendekatlah, kita bertemu di ruang rindu." Maria Irsad
Rindu tepian hati putih. Tiada kata saat mendekat. Sudahi hati memeluk. Berhaluan darat kini. Bermain pasir. Berayun di bukit hijau. Berlarian menggapai mentari. Miliki bumi dan jiwa.
"Sukma melebur cinta dan kebaikan, kan selalu mencari jalannya." Maria Irsad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar